STIKER ISLAMI

Kami kerjakan untuk mendukung Dakwah dan Jihad!!!!

Senin, 20 Juli 2009

Jangan Remehkan Profesi Orang

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
Saat mengajar di kelas 2B Pesantren PERSIS Putri ada hikmah yang perlu saya bagi. Masa perkenalan, orientasi, dan visi ke depan coba kita bangun. Karena memasuki tahun ajaran baru perlu nambah semangat. Nah, bermula dari pertanyaan tentang cita-cita muncul celetukan usil.

Ada yang menggoda temannya dengan menyebut bercita-cita sebagai tukang jamu. Langsung saya katakan, "Ada apa dengan tukang jamu?". Seketika sebagain tertawa. "Bukankah tukang jamu itu mulia? Bayangkan, ia pergi membuat jamu sebelum subuh. Karena pagi-pagi sebelum orang berangkat kerja ia sudah menghampiri para pelanggannya. Bayangkan luar biasa nilai usaha si tukang jamu. Ia berusaha melayani para pelanggan dengan baik. Apakah ini bukan suatu ibadah? Dan ada apa dengan tukang jamu? Ada tukang jamu yang berpenghasilan 1 miliar sebulan. Kita bisa lihat jamu Sido Muncul ada di mana-mana! Produksinya sampai dikirim ke luar negeri. Sama-sama jualan jamu."

Beberapa santri terlihat mengangguk. Berikutnya pindah ke santri lain. Ketika di tanya, ada lagi yang nyeletuk, "Cita-cita tukang sayur!". Dengan senyum saya lebih mendekat ke asal celetukan itu. "Wah, hebat yang mau jadi tukang sayur. Sebuah profesi yang mulia. Berusaha setiap hari, setiap pagi, mengelilingi kampung. Menawarkan sayurannya. Menata dengan rapi. Melayani dengan senyuman. Semua bernilai ibadah. Dan jangan merendahkan profesi tukang sayur. Tukang sayur sukses sudah banyak contohnya. Berhasil mengembangkan sayur organik, lebih sehat, lebih mahal, dan banyak yang suka. Omset penjualannya pun ada yang sampai miliaran rupiah dalam sebulan. Ini dari sayur. Bermula dari tukang sayur. Bukankah ini suatu hal yang luar biasa!"

Dan soal menghina, mengejek, mencela, merendahkan, memperolok, mengeritik, dan mengomentari itu pekerjaan amat mudah. Tidak pakai ilmu pun bisa. Ada orang berambut jeprak, dikatakan, "Rambut kaya sapu", ini mengejek. Sekali lagi, untuk mengejek itu mudah sekali. Tidak berilmu pun bisa mengejek, merendahkan, mencela, dan sejenisnya.

Tapi untuk berkarya. berkreasi, berinovasi, dan berbuat sesuatu tentu membutuhkan ilmu. To create more than difficult than to critize. Lihat pula al-Hujurat: 11.