Bersyukur kepada Allah swt atas limpahan anugrah yang tiada hentinya. Gagasan setiap saat mengalir membuka kesempatan. Ide cerdas memberikan peluang semakin terbuka luas. Kelapangan hati menumbuhkan sikap sabar dalam usaha memanfaatkan anugrah Nya itu. Dan yang terpenting adalah nilai keimanan yang menjadi dasar dalam setiap aktivitas. Termasuk dalam menjalankan roda usaha. Maka berjiwa wirausaha dengan motivasi keimanan. Dan keimanan yang mampu membangkitkan jiwa wirausaha.
Nilai Wirausaha
Langkah bekerja merupakan wujud akhlak muslim yang baik. Upaya mencari karunia Allah swt di hamparan bumi menjadi sebuah keharusan untuk mencapai kemakmuran. Tiada lain proses berusaha adalah kemutlakan yang mesti dilakukan. Bekerja dan berwirausaha dalam rangka mengabdikan diri melaksanakan perintah-Nya.
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ ذَلُوْلاً فَامْشُوا فِيْ مَنَاكِبِهَا وكُلُوْا مِنْ رِزْقِهِ
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian rizki-Nya. (QS. Al-Mulk/ 60: 15)
Bumi yang terhampar telah tersedia. Maka penjuru manapun yang ada di bumi ini menjadi tanggung jawab manusia dalam pemakmurannya. Sudut-sudut terpencil bumi ini akan mengalirkan mata air kehidupan. Karenanya tidak lain hanyalah manusia harus sadar akan beban yang dipikulnya. Pengelolaan bumi ini erat kaitannya dengan pengabdian hamba kepada Allah swt. sebagaimana telah diajarkan Nabi Shalih as. kepada kaumnya:
يَا قَوْمِ اعْـبُدُوا الله مَالَكُمْ مِنْ إِلهٍ غَيْرِهِ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ اْلأَرْضِ وَ اسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا
Artinya: “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dia telah menciptakan kamu ari tanah (bumi) dan menjadikankamu sebagai pemakmurnya.” (QS. Hud/ 11: 61)
Siapa saja yang menghendaki karunia Allah swt maka keharusan baginya berusaha. Jika hanya duduk, diam, malas, dan sekalipun berdo’a sepanjang hari memohon karunia -Nya, maka sesungguhnya emas tidak jatuh dari langit. Bertawakkal bukan demikian caranya. Kaidah ikhtiar tidak semacam itu.
اِعْقِلْهَا وَ تَوَكَّلْ
Artinya: Ikatlah untamu itu (dahulu) dan barulah bertawakkalah. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah)
Baik kiranya semboyan hidup seorang muslim:
إِبْذِرِ الْحَبَّ وَارْجُ الثّمَارَ مِنَ الرَّبِّ
Artinya: Taburkanlah benih, dan berharaplah buahnya dari Allah swt
Teladan Wirausaha
Rasulullah saw di masa kecilnya sering menggembala kambing milik orang lain. Padahal upah yang diterimanya pun relatif kecil. Dari pendidikan pamannya, Abu Thalib, beliau di waktu remaja pernah diajak ke negeri Syam untuk berniaga. Pun ketika beranjak dewasa, jiwa wirausahanya kembali teruji. Beliau berdagang lagi ke negeri Syam. Kali ini membawa dagangan saudagar perempuan kaya yang kelak menjadi istrinya. Masa kecil, masa remaja dan dewasa Rasulullah saw. tidak luput dari sentuhan nilai-nilai wirausaha.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw pernah bersabda:
مَا بَعَثَ الله نَبِياًّ إِلاَّ وَ رَعَى الْغَنَمَ قَالُوْا: وَ أَنْتَ يَارَسُوْلَ الله؟ قَالَ: نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيْطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Artinya: Allah tidak mengutus seorang nabi, melainkan dia itu menggembala kambing.
Keteladanan yang telah dicontohkan itu dikuatkan dengan petunjuk dan arahan teoritis. Bimbingan bagi para wirausahawan dalam menggerakkan roda bisnisnya. Supaya arah tujuan usaha terkontrol. Pergerakan usaha tidak kosong dari semangat ibadah. Semangat mencapai kemuliaan di sisi-Nya.
Rasulullah saw memberikan wejangan ringkas tetapi cakupannya luas. Seluas bidang garap usaha manusia. Sabdanya:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَاماً قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Artinya: Tidak ada sesuatu makanan yang lebih baik bagi seseorang, melainkan apa yang dihasilkan dari karya tangan sendiri. (H. R. Bukhari)
Secara khusus Rasulullah saw menyemangati profesi wirausaha perdagangan dengan sabdanya:
التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءُ
Artinya: “Pedagang yang jujur lagi amanah, adalah bersama-sama para Nabi, orang-orang yang benar, dan orang-orang yang syahid.”
Dalam bidang garapan pertanian dan perkebunan Rasulullah saw menaruh perhatian dengan sabdanya:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَزْرَعُ زَرْعًا أَوْ يَغْرِسُ غَرْسًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya: “Tidak seorang muslim pun yang menaburkan benih atau menanam tanaman, lalu seekor burung, atau seseorang, atau seekor binatang, makan sebagian darinya, kecuali akan dinilai sebagai sedekah baginya.” (H. R. Bukhari)
Do’a Wirausaha
Kekuatan usaha harus berjalan bersama kekuatan do’a. Karena itu untuk menjaga keberlangsungan usaha hendaklah selalu memohon perlindungan kepada Allah swt dari hal-hal yang bisa melemahkan semangat.
اللّهُمَّ إِنيِّ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَ الْحَزَنِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَ الْكَسَلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ و الْبُخْلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَ قَهْرِ الرِّجَالِ
Artinya: “Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan an kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari dari sifat pengecut dan kikir, serta aku berlindung kepada-Mu dari hutangdan tekanan orang lain” ((H. R. Bukhari dan Au Dawud)
Tanggung Jawab
Bekerja dan berwirausaha merupakan jalan pengabdian. Kelengkapan indra manusia di bumi ini diberdayakan untuk mengelola anugrah Allah swt sekecil apapun. Karena itulah prinsip seorang wirausahawan adalah bertanggungjawab atas profesi yang digelutinya. Dari bidang garapan itulah ia mendapatkan rizki yang halal. Dalam menunaikan tugas wirausahanya dilakukan dengan tulus. Niat untuk beribadah menancap kuat. Optimalisasi potensi dalam bekerja dengan selalu menghadirkan niat untuk menggapai mardhatillah (keridhaan Allah). Usaha demi usaha selalu beriringan dengan do’a. Dan ada baiknya, keahlian dan ketrampilan yang dimiliki bisa ditularkan kepada orang lain. Semoga menjadi salah satu bentuk ilmu yang bermanfaat. Amal jariyah © Abu Ukkasyah Adi bin Hadi al-Banjarnegary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar